Sri Karang Buncing: Di Balik Pengorbanan Kebo Iwa.
Di balik gemuruh sejarah tentang Kebo Iwa, sang mahapatih Bali yang rela berkorban demi persatuan Nusantara, tersembunyi kisah tentang seorang adik yang tak kalah penting: Sri Karang Buncing. Kisahnya adalah tentang penghormatan, warisan, dan akar spiritual yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.
Sri Karang Buncing adalah adik kandung dari Sri Kebo Iwa, yang hidup sekitar tahun 1324 Masehi. Keduanya tumbuh dalam lingkungan keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur, cinta tanah air, dan pengabdian kepada masyarakat. Kebo Iwa dikenal karena kekuatan dan keberaniannya, sementara Sri Karang Buncing memiliki kebijaksanaan dan kelembutan hati.
Dalam sejarah keluarga Karang Buncing, terdapat dua periode penting. Sri Karang Buncing I adalah saudara kandung dari Sri Rigis, ibu dari Kebo Iwa. Sementara itu, Sri Karang Buncing II memiliki keunikan tersendiri: ia lahir buncing, yaitu memiliki dua jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Sri Karang Buncing II kemudian menikah dan melahirkan para warga Sri Karang Buncing yang ada saat ini.
Nama "Karang Buncing" sendiri berasal dari nama Sri Karang Buncing, adik kandung Kebo Iwa, yang moksah (meninggal) di Jawa. Sebagai bentuk penghormatan dan mengenang jasa-jasanya, para keturunan kemudian menggunakan nama tersebut sebagai identitas keluarga mereka.
Pura Kawitan Sri Karang Buncing menjadi pusat spiritual dan budaya bagi seluruh keturunan Sri Karang Buncing. Pura ini dibangun oleh I Gusti Karang Buncing, sebagai simbol persatuan antara dua keluarga penguasa di Blahbatuh: keturunan Sri Paduka Agung Made Jambe (raja agung tengah) dengan keturunan I Gusti Karang Buncing, yang merupakan trah akhir raja-raja Bali kuno.
Di dalam Pura Kawitan Sri Karang Buncing, para keturunan memuja roh suci para leluhur, memohon berkah dan perlindungan. Pura ini juga menjadi tempat untuk menjalin silaturahmi, bertukar pikiran, dan mempererat ikatan persaudaraan antar sesama warga Sri Karang Buncing.
Keturunan Sri Karang Buncing memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga budaya dan adat istiadat leluhur. Mereka menyadari bahwa warisan ini adalah fondasi bagi persatuan dan kemajuan Nusantara. Dengan semangat gotong royong dan rasa cinta tanah air, mereka terus berkontribusi dalam pembangunan masyarakat dan bangsa.
Kisah Sri Karang Buncing adalah pengingat bahwa di balik setiap pahlawan besar, selalu ada keluarga dan leluhur yang memberikan dukungan dan inspirasi. Warisan Sri Karang Buncing terus hidup dalam hati dan tindakan para keturunannya, menjadi sumber kekuatan dan semangat untuk menghadapi tantangan zaman. Sri Karang Buncing adalah simbol penghormatan terhadap leluhur, persatuan keluarga, dan komitmen untuk menjaga budaya Bali yang adiluhung.
Komentar
Posting Komentar