Arya Kenceng: Kesatria Majapahit yang Menjadi Penguasa Tabanan
Di era kejayaan Majapahit, ketika Gajah Mada mengikrarkan Sumpah Palapa untuk menyatukan Nusantara, muncul seorang kesatria bernama Arya Kenceng. Ia adalah salah satu tokoh penting dalam ekspedisi penaklukan Bali, sebuah peristiwa yang mengubah sejarah pulau dewata.
Identitas Arya Kenceng diselimuti berbagai versi. Beberapa babad menyebutnya sebagai adik dari Arya Damar, sementara yang lain menganggapnya identik dengan Arya Damar itu sendiri. Bahkan, ada pula naskah lontar yang menyatakan bahwa ia adalah anak dari Arya Damar. Terlepas dari perbedaan tersebut, satu hal yang pasti adalah peran sentralnya dalam penaklukan Bali.
Pada tahun 1342, Arya Kenceng, bersama dengan Arya Damar dan perwira Majapahit lainnya, membantu Gajah Mada menyerang Kerajaan Bedulu. Setelah pertempuran sengit, Kerajaan Bedulu berhasil ditaklukkan, dan Bali berada di bawah kendali Majapahit. Sebagai penghargaan atas jasanya, Arya Kenceng diberikan kekuasaan di wilayah Tabanan.
Arya Kenceng tidak hanya menjadi penguasa, tetapi juga penakluk. Ia berhasil meruntuhkan tiga dinasti yang berkuasa di Tabanan, yaitu Dinasti Tabanan, Dinasti Notor Wanira, dan Dinasti Tegeh Kori. Setelah itu, ia mendirikan negara Tabanan dan menjadi penguasa pertamanya. Ia beristana di Desa Pucangan, dan wilayah kekuasaannya membentang dari Yeh Panahan di timur hingga Yeh Sapwan di barat, dari Gunung Batukaru di utara hingga desa Kerambitan, Blungbang, Tangun Titi, dan Bajera di selatan.
Arya Kenceng memerintah dengan bijaksana dan adil. Di bawah kepemimpinannya, Tabanan menjadi wilayah yang aman, makmur, dan sejahtera. Ia berhasil membangun fondasi pemerintahan yang kuat dan meletakkan dasar bagi perkembangan Tabanan di masa depan.
Setelah wafat, Arya Kenceng digantikan oleh putranya, Sri Magada Nata, yang bergelar Sri Ngurah Tabanan. Keturunannya terus memerintah Tabanan selama berabad-abad, mewarisi semangat kepahlawanan dan kebijaksanaan Arya Kenceng.
Kisah Arya Kenceng adalah kisah tentang keberanian, kepemimpinan, dan pengabdian. Ia adalah simbol dari kesatria Majapahit yang tidak hanya menaklukkan wilayah, tetapi juga membangun peradaban. Namanya terus dikenang dalam sejarah Bali, sebagai salah satu tokoh penting yang membentuk identitas dan karakter Tabanan.
Komentar
Posting Komentar