Kisah Arya Bebed.
Pada masa kejayaan Majapahit, Gajah Mada, seorang patih yang sangat dihormati, menjalankan tugas ke Bali untuk memperkuat hubungan antara kerajaan. Di tengah tugasnya, ia bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Ni Luh Ayu Sekarini. Kecantikan dan kebijaksanaan Ayu menyihir hati Gajah Mada, membuatnya merasakan cinta yang tak terduga.
Ayu, dengan senyum hangat dan tatapan lembut, menyambut Gajah Mada dengan ramah. Mereka sering bertemu di taman, berbagi cerita tentang kehidupan dan cita-cita mereka. Dalam suasana yang damai dan penuh kasih, Gajah Mada memutuskan untuk melamar Ayu. Dengan harapan yang tinggi, mereka menikah dalam sebuah upacara sederhana namun penuh makna.
Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Setelah beberapa bulan, Gajah Mada dipanggil oleh Raja Majapahit untuk kembali. Sebelum pergi, ia berjanji pada Ayu bahwa cinta mereka akan abadi, dan ia akan selalu mengingatnya. Ayu hamil muda saat suaminya pergi, dan harapan akan kehadiran seorang anak semakin menguatkan cintanya.
Setelah Gajah Mada pergi, Ni Luh Ayu menjalani masa kehamilannya dengan penuh harapan. Beberapa tahun kemudian, ia melahirkan seorang putra yang tampan, yang bernama Arya. Meski hidup dalam kesederhanaan, Ayu membesarkan Arya dengan kasih sayang dan bercerita tentang ayahnya yang gagah berani, Gajah Mada.
Saat Arya dewasa, rasa ingin tahunya tentang sosok ayahnya semakin kuat. Ia bertanya pada ibunya, "Siapa sebenarnya ayahku?" Dengan air mata menetes di pipi, Ni Luh Ayu menjelaskan bahwa ayahnya adalah Gajah Mada, seorang patih terkenal dari Majapahit. Mendengar cerita itu, Arya merasa terinspirasi dan memutuskan untuk mencari ayahnya.
Arya meninggalkan Bali dan berangkat ke Majapahit. Setelah perjalanan yang panjang, ia akhirnya tiba di istana. Di sana, ia bertemu dengan Gajah Mada dan istri keduanya, Ken Bebed, yang dikenal mandul. Gajah Mada terkejut melihat putranya, tetapi dengan penuh kasih sayang, ia menerima Arya dan mengangkatnya sebagai anak. Arya diberi gelar Arya Bebed sebagai tanda pengakuan dan penerimaan.
Setelah beberapa tahun di Majapahit, Arya Bebed menjadi pemuda yang cerdas dan berani. Namun, hatinya tetap merindukan Bali, tempat di mana ia dilahirkan. Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke Bali. Sebagai penghormatan untuk leluhurnya, Gajah Mada memberinya hadiah istimewa: pengastulan, tempat abu jenazah para leluhur.
Sebelum berangkat, Gajah Mada memberikan nasihat yang berharga. "Taburkanlah abu jenazah ini dalam setiap perjalananmu, agar kamu selamat di jalan. Ini adalah tanda perlindungan dari leluhur kita."
Arya Bebed pulang dengan penuh semangat dan tekad. Setiap langkahnya di Bali, ia menaburkan abu jenazah tersebut, merasakan kehadiran ayahnya di sampingnya. Ia kembali ke ibunya, Ni Luh Ayu, yang sangat bangga melihat putranya tumbuh menjadi pemuda yang kuat dan bijak.
Kisah cinta Gajah Mada dan Ni Luh Ayu serta perjalanan Arya Bebed adalah warisan yang akan dikenang sepanjang masa, menggambarkan cinta yang tak lekang oleh waktu dan pengorbanan yang abadi dalam menghadapi tantangan hidup.
Komentar
Posting Komentar