Babad Kayu Selem.

Pada zaman dahulu, di Bali, terdapat seorang tokoh sakti bernama Mpu Semeru. Mpu Semeru dikenal sebagai seorang bijaksana dan memiliki pengetahuan gaib yang luar biasa. Meskipun ia tidak menikah sepanjang hidupnya, Mpu Semeru memiliki kemampuan yang sangat unik, yaitu ia dapat menurunkan seorang putra melalui kekuatan mistik dan kesaktiannya. Dengan ilmu yang dimilikinya, ia mampu merubah tonggak kayu berwarna hitam menjadi seorang manusia yang sempurna. Pria yang terlahir dari tonggak kayu tersebut diberi nama Mpu Dryakah, atau lebih dikenal dengan Mpu Kamareka.

Mpu Kamareka menjadi cikal bakal keturunan yang sangat dihormati di Bali, khususnya oleh warga Pasek Kayu Selem. Dari Mpu Kamareka inilah lahir sejumlah tokoh terkemuka seperti Ki Kayuselem, Ki Celagi, Ki Tarunyan, dan Ki Kayuan. Mereka semua merupakan keturunan yang kemudian menjaga warisan ilmu dan ajaran Mpu Semeru.

Suatu ketika, Mpu Semeru memberikan pesan penting kepada Mpu Kamareka yang menjadi penerus ajarannya. Dalam sabda Mpu Semeru, ia menjelaskan bahwa keturunan Mpu Kamareka harus senantiasa menjaga dan menghormati dua hal penting: Ajipurana dan Weda Astawa. "Kamu harus menjadi Bhujangga bagi orang-orang Baliaga hingga tiga keturunan," pesan Mpu Semeru dengan tegas. "Keturunanmu harus selalu menyembah keturunan Mpu Gnijaya, karena kamu telah berguru kepada mereka. Ini adalah kewajiban yang harus diwariskan kepada anak cucumu. Jika tidak, akan sangat berbahaya akibatnya."

Dengan sabda itu, Mpu Semeru memberikan gelar "Mpu Bendesa Dryakah" kepada Mpu Kamareka, sebagai penghormatan kepada asal usulnya dari tonggak kayu yang ajaib. Tugas Mpu Kamareka tidak hanya menjaga warisan ajaran, tetapi juga harus menjaga tata cara dalam menjalankan upacara sakral yang berhubungan dengan kehidupan dan kematian. Mpu Semeru memberi pesan khusus mengenai cara pelaksanaan upacara kematian. "Ketika kamu dan keturunanmu meninggal dunia, janganlah menggunakan Tirta orang lain. Hanya Tirta dari kahyangan yang boleh digunakan, karena kamu bukanlah manusia biasa. Apabila keturunanmu meninggal, mayatnya boleh dibakar, tetapi juga boleh ditanam sesuai dengan upacara Ngirim, dan di atas kuburnya harus dibuat gambar seperti manusia. Itulah yang disebut Beya Tanem. Setelah itu, lakukan upacara Materes dan Manuntun," pesan Mpu Semeru dengan penuh makna.

Mpu Kamareka menerima dengan sepenuh hati semua pesan dan ajaran dari Mpu Semeru. Ia menyadari bahwa peranannya sangat besar dalam menjaga keseimbangan spiritual, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keturunannya dan umat di sekitarnya. Mpu Kamareka pun melaksanakan semua pesan tersebut dengan setia dan penuh dedikasi, dan ia mengajarkan hal yang sama kepada anak cucunya.

Ketika Mpu Kamareka meninggal dunia, jenazahnya dipuput oleh Sang Sapta Rsi, tujuh resi agung yang dikenal memiliki kekuatan luar biasa. Hal ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan dan penghormatan yang diberikan kepada Mpu Kamareka sebagai seorang tokoh yang sangat dihormati oleh masyarakat Bali. Setelah kematiannya, upacara-upacara yang berkaitan dengan keturunannya selalu dipandu oleh keturunan Mpu Gnijaya, sebagaimana telah diamanatkan oleh Mpu Semeru.

Hingga kini, keturunan Mpu Kamareka, yang kini dikenal sebagai warga Pasek Kayu Selem, tetap menjaga warisan ajaran Mpu Semeru. Mereka tetap melakukan upacara-upacara penting sesuai dengan pesan leluhur mereka, dan selalu menjaga kesucian ajaran-ajaran yang telah diteruskan dari generasi ke generasi. Masyarakat Bali masih mengingat betul cerita tentang Mpu Semeru, Mpu Kamareka, dan ajaran-ajaran sakral yang mereka wariskan, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan spiritualitas Bali yang mendalam.

Komentar

Postingan Populer